Grace Natalie memang tidak asing lagi bagi pemirsa televisi Indonesia sebagai seorang anchor di salah satu saluran televisi swasta, TvOne. Gaya bertuturnya fasih dan sangat percaya diri, ia begitu lantang dan tak gentar siapa pun nara sumber yang sedang dihadapi. Bagi Grace menjadi jurnalis telah membawa dia ke dunia yang berbeda. “Bisa dibilang menjadi jurnalis adalah titik breakthrough dalam hidup saya. Berkat dunia ini, saya bisa bertemu banyak orang. Bisa mewancarai Jose Ramos Horta, George Soros, Steve Forbes dan terakhir PM Thailand Abhisit Vejjajiva saat konferensi APEC 2009 di Singapura bulan November lalu.” Menurutnya wanita lebih cepat dewasa dari pria. Dan pria lebih berani mencari wanita yang bisa diatur-atur saja dari pada wanita yang smart. Uhh… Ada yang berani menaklukkan wanita yang satu ini?
Namanya kini ramai diperbincangkan terkait kasus penusukan rekannya kamerawan TV One belum lama ini. Apalagi sang pelaku yang mengaku penggemarnya itu juga dikabarkan mengincar dirinya.
Bagi Grace, peristiwa itu hanyalah satu dari sekian banyak pengalaman tak terlupakan selama dirinya menjalani karier sebagai presenter TV. Dalam sebuah obrolan santai, akrab dan penuh tawa, ia pun membagi kisahnya kepada Detikhot.
"Aku sebenarnya masih ngeri dan parno, apalagi di luar hingga dini hari begini. Tapi okelah, kita selesaikan wawancaranya hari ini," ungkapnya seraya menebar senyum.
Apa saja pengalaman menarik Grace selama tujuh tahun berkarier sebagai reporter dan presenter? Simak terus kisah lengkapnya.
Grace Natalie Sering Dapat Surat Cinta dari Penggemar
Kecantikan dan kecerdasan merupakan perpaduan yang membuat seorang presenter televisi dikagumi. Tak heran jika ia sering mendapat kiriman hadiah dan surat cinta dari penggemarnya.
"Aku sering banget dapat hadiah, surat cinta kayak begitu. Sampai ada yang ngajak nikah segala. Kalau puisi sih setiap hari dikirimin. Hahaha," ungkapnya saat berbincang dengan Detikhot di daerah Kemang, Jakarta Selatan.
"Oh iya, bahkan ada yang ngirim surat via email, monolog begitu. Dia bilang, apa kabar sayang? Kemaren kamu nggak marah kan aku nggak datang ke tempat kamu? Aku janji minggu depan pasti datang. Begitu. Padahal aku nggak tahu dia siapa, seolah-olah pernah ngobrol," paparnya lagi.
Perempuan kelahiran Jakarta 4 Juli 1982 itu tak habis pikir dengan perlakuan dari para penggemarnya. Bahkan ada yang sudah sampai pada taraf aneh. Misalnya, suatu hari ia didatangi seorang ibu yang mengajaknya untuk bermain film lantaran mendapat wangsit.
"Katanya dia dapat wangsit dan harus aku yang memainkan film itu. Nanti film itu akan diterjemahkan ke berbagai bahasa di seluruh dunia. Bahkan dia sampai ngasih naskah segala. Nggak jelaslah. Hahaha," ujarnya geli.
Grace juga sering mendapat kiriman makanan. Untuk yang satu itu, ia mengaku masih takut untuk menerima lantaran pernah mengalami kejadian tak mengenakkan.
"Kalau dapat makanan aku bagi-bagi saja deh, jadi kalau ada apa-apanya ya ditanggung bersama. Hahaha. Bercanda," katanya. "Aku masih takut, soalnya pernah sekali ada yang mengirim sup. Tadinya aku nggak mau makan, tapi karena waktu itu lapar banget, akhirnya aku makan dan nggak tahu kenapa mules-mules. Jadinya takut lagi," paparnya.
Namun, ada satu pengalaman menarik yang tak bisa dilupakannya. Suatu hari, ruangan lobi kantornya dipenuhi bunga lily. "Resepsionisnya sampai bingung, kok lobi TV One penuh dengan bunga. Katanya buat aku, nggak tahu dari siapa. Bunga lily-nya bagus dan wangi banget. Jadi aku bawa pulang dan aku bagi-bagi juga. Senang banget dikirimin itu."
Ketika mengenang itu, senyum Grace mengembang. Tampaknya ia memang tipe orang yang senang mendapat perhatian dari para penggemarnya. Bagaimana ia membalas berbagai bentuk perhatian, yang kerap tanpa diketahui asal-usulnya itu?
"Kadang kalau dapat hadiah aku suka ucapkan terima kasih lewat Twitter karena nggak ada alamat atau namanya," ujarnya.
Grace Natalie Rasakan Kepuasan Klimaks Jadi Presenter TV
Ia pun mengaku merasakan kepuasan klimaks melakoni profesi itu."Aku sangat mencintai pekerjaan ini. Aku bisa merasakan kepuasan klimaks, apalagi di televisi berita ya," ungkap presenter TV One itu ketika berbincang santai dengan Detikhot pada suatu malam di bilangan Kemang, Jakarta Selatan.
Perempuan kelahiran Jakarta 4 Juli 1982 itu tak pernah menyangka akan menekuni profesi yang kini membesarkan namanya itu. Ketika masih kecil, cita-citanya sama seperti anak-anak kebanyakan yang terus berubah-ubah.
"Awalnya bisa dibilang nggak sengaja karena aku nggak pernah punya cita-cita jadi news anchor. Sama sekali nggak. Dulu cita-cita aku ya jadi dokter dan insinyur dan lain-lainlah, yang jelas bukan presenter," kenangnya.
Grace lalu menengok ke masa lalu. Sejak masih duduk di bangku SMA di BPK Penabur 3, Jakarta ia sudah aktif mengikuti berbagai kompetisi, termasuk lomba membaca berita. Hal tersebut pun masih dilakoninya saat kuliah di jurusan Akuntansi Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII), Jakarta.
"Sejak SMA sampai kuliah aku suka ikut news reading competition gitu. Cuma lama-lama bosan juga karena yang ikut dan yang menang orangnya itu-itu juga. Kalau nggak aku, siapa. Ganti-gantian. Bosan juga akhirnya," kilasnya.
Hingga suatu ketika stasiun televisi SCTV mengadakan ajang 'SCTV Goes to Campus'. Grace pun ikut lantaran tertarik dengan hadiah yang ditawarkan. "Waktu itu juara satu hadiahnya sepeda motor, ya sudah aku tujuannya cuma itu. Kalau menang kan lumayan bisa dijual dan dapat duit," kisahnya seraya tertawa.
Anak pertama dari tiga bersaudara itu ternyata berhasil memenangi ajang tersebut untuk wilayah Jakarta, dan kemudian masuk lima besar tingkat nasional. Melihat potensi besar itu, SCTV pun langsung merekrutnya selepas ia menyelesaikan kuliah.
Grace kemudian mengawali kariernya pada 2004 di SCTV sebagai reporter yang terjun langsung ke lapangan meliput berbagai peristiwa seperti kriminal, politik, dan ekonomi. Masa-masa itu dilaluinya dengan sulit lantaran latar belakang pendidikannya memang boleh dibilang tak mendukung.
"Dulu cuma satu hari tandem sama reporter senior, besoknya disuruh sendiri. Bingung dan stres banget. Bikin naskah berita yang cuma semenit saja aku bisa dua jam di depan komputer. Jadi diomel-omelin. Udah pulangnya selalu tengah malem, jam 3 pagi suka ditelepon dan ditegur sama produser pagi," kenangnya.
Beruntungnya, pemilik tinggi 155cm dan berat 46kg itu pandai bergaul. Perlahan, ia pun banyak mendapat pembelajaran dari para seniornya di lapangan. "Kalau dulu aku liputan kan dipasangin sama kameramen senior, jadi banyak diajarin. Bayangkan, aku sampai belajar cara gulung kabel kamera yang benar segala. Hahaha," kisahnya.
Lantaran cepat belajar, Grace pun akhirnya dipercaya membawakan 'Jalan-jalan', sebuah segmen berdurasi 10 menit yang merupakan bagian dari program berita 'Liputan 6 Pagi' setiap akhir pekan. Hingga kemudian ia menjadi presenter pula di 'Liputan 6 Terkini' dan 'Liputan 6 Malam'.
"Pertama jadi presenter deg-degannya luar biasa. Stres banget. Padahal waktu itu cuma membawakan 1 berita doang," ungkapnya. "Terus dulu di liputan 6 malem kan beritanya serius, aku pasang muka serius banget, tapi ternyata kata produsernya malah kayak orang marah-marah. Hahaha," kenangnya lagi.
Pada 2006, Grace pun memutuskan untuk keluar dari SCTV dan hijrah ke ANTV. Selama dua tahun berkarier di stasiun televisi tersebut ia kembali membawakan program berita, yakni 'Topik Siang' dan 'Topik Malam'. Dua tahun di SCTV dan 2 tahun di ANTV membuat Grace makin mencintai profesinya sebagai presenter program berita.
Kecintaan itulah yang kemudian mengantarnya masuk ke TV One (dulu Lativi) pada 2008. Awalnya, ia didaulat membawakan program ekonomi 'Kabar Pasar' hingga kemudian berpindah-pindah dari 'Kabar Petang' ke 'Apa Kabar Indonesia (AKI) Pagi' dan akhirnya 'AKI Malam'.
Grace Natalie & Pengalaman Tak Terlupakan Jadi Reporter TV
Seolah hari baru saja dimulai, Grace pun mengawali kisahnya. "Pertama kali aku jadi reporter, aku liputan kriminal. Dari kantor polisi satu ke yang lain. Ke kamar mayat juga. Pokoknya begitu setiap malam," ujarnya.
Ketika masih di SCTV, ia pernah disuruh meliput ke Gunung Talang di Sumatera Barat yang tengah berstatus awas yang berarti bisa meletus sewaktu-waktu.
"Itu gunung tertinggi kedua di Sumatera Barat dan itu baru pertama kali aku mendaki gunung dan nggak punya pengalaman sama sekali. Aku dikasih misi untuk mendapatkan gambar kawah yang baru tercipta di sana," kisahnya.
Tak punya pengalaman praktis membuat Grace tak mengira bahwa tugasnya itu amatlah berat. Lucunya, saat itu ia berpikir naik gunung itu seperti ke daerah Puncak, Bogor, Jawa Barat yang bisa dicapai dengan menggunakan mobil.
"Aku pikir naik gunung itu kayak ke puncak. Tinggal pakai mobil, muter-muter dan sampai atas, ya itu gunung. Nggak tahunya sampai di suatu desa, mobil yang kami naiki berhenti. Aku tanya, kok berhenti? Katanya ya dari situ mulainya," kisahnya.
"Pas tahu begitu, aku langsung syok. Gila, bayangkan saja, puncak gunungnya saja nggak kelihatan, tertutup awan. Parahnya lagi aku nggak sarapan, nggak bawa bekal. Bawa air mineral juga nggak sampai sebotol," paparnya lagi.
Kepalang tanggung, Grace pun membulatkan tekadnya untuk tetap mendaki gunung tersebut bersama kameramennya ditemani beberapa pemuda dari penduduk setempat. Kelelahan serta persediaan air yang minim pun sempat membuatnya mengalami dehidrasi.
Setelah berjalan hampir lima jam, Grace pun tiba di pucak gunung tersebut. "Akhirnya dapat gambar eksklusif juga waktu itu. Waktu itu pun aku benar-benar merasakan dijaga banget sama Tuhan karena angin yang membawa gas beracun saat itu mengarah ke sisi lain," kenangnya.
Misi tersebut pun berhasil dilalui Grace dengan sukses. Karena hari hampir gelap, mereka pun bergegas menuruni gunung tersebut sesegera mungkin. "Pas turun baru setengah jalan, aku nggak kuat. Akhirnya aku digendong ganti-gantian sama tiga pemuda desa itu biar cepat. Hahaha," jelasnya.
Ia juga masih ingat betul bagaimana bangganya dirinya ketika ditugaskan TV One untuk berangkat ke Inggris meliput langsung pernikahan royal wedding pangeran William dan Kate Middleton.
"Itu luar biasa banget. Sampai terharu seolah-olah itu saudara aku yang married. Terus aku bertenda segala supaya dapat posisi terbaik. Bukan karena kantor aku nggak mampu nyewa hotel ya. Hahaha," kilahnya.
Tak hanya meliput berbagai peristiwa penting, banyak tokoh penting Tanah Air dan manca negara yang diwawancarainya secara eksklusif. Sebut saja mantan Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva, Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta, dan CEO Majalah Forbes Steve Soros
sumber
0 Komentar:
Posting Komentar