Malang benar nasib Herman, Abdul Kadir Jaelani, dan Mad Noor di Negeri Jiran. Maksud hati ingin membahagiakan keluarga dengan bekerja di Malaysia, mendapat upah Ringgit yang nilainya lebih besar dari Rupiah. Tapi, siapa dinyana, mereka tewas serempak. Jasadnya penuh jahitan di sana-sini. Tindakan autopsi paramedis yang dinilai janggal, jika kematian mereka hanya disebabkan luka tembak.
Ya, bukan keberuntungan didapat, malah isyunya organ tubuh mereka diperdagangkan. Dengan tewasnya tiga TKI asal Lombok itu, serta banyaknya jahitan di jasad mereka, memunculkan spekulasi adanya perberburuan organ tubuh manusia Indonesia di Malaysia. Mengerikan.
Benarkah spekulasi itu? Pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia secara tegas menyatakan, bahwa ketiga TKI asal Lombok tewas tertembak pihak berwajib. Bahkan Ketua BNP2TKI, Jumhur Hidayat juga mengecam hal tersebut.
Tetapi, Koordinator Crisis Center BNP2TKI, Hendri, justru belum berani menjelaskan kronologis kejadian yang menyebabkan ketiga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tewas di negeri jiran.
"Kami masih menunggu hasil laporan Kemenlu (Kementrian Luar Negeri) melalui KBRI di Malaysia," ujarnya saat ditemui Bharatanews di Gedung BNP2TKI, Pancoran, Jakarta Selatan, kemarin.
Meski demikian, ditegaskan Hendri, pihaknya sudah melaksanakan apa yang menjadi kewewenangan BNP2TKI. "Kami sudah mengirim jenazah korban ke keluarga, dan bersedia mendampinginya melapor ke Polda NTB guna dilakukan autopsi," tambahnya.
Hal senada juga dinyatakan Kepala BNP2TKI NTB, Syahrum. Malah pihaknya menyangupi mebiayai autopsi. "Jika memang autopsi ini memerlukan biaya, maka kami dari BNP2TKI akan menyiapkan biaya untuk itu. Kami yang akan tanggung," katanya saat dihubungi wartawan.
Belum SiapSementara itu, kepala BNP2TKI, Juhur Hidayat, melalui keterangan presnya, telah menugaskan Direktur Pengamanan Kedeputian Perlindungan BNP2TKI, Brigjen (Pol) Bambang Purwanto, ke Malaysia untuk mendapatkan kejelasan motif penembakan tersebut.
Meski BNP2TKI terlihat bersemangat mengusut kasus tersebut, namun pihak Polda NTB sebaliknya. Para aparat daerah itu mengaku belum bisa siap melakukan autopsi jenazah Herman, Abdul Kadir Jaelani, dan Mad Noor. Alasannya, karena kasusnya lintas negara, maka diperlukan koordinasi dengan Mabes Polri untuk mendapat petunjuk soal pelaksanaan autopsi.
"Polda NTB harus menyesuaikan langkah dengan pusat, yaitu Mabes Polri dan Kementrian Luar negeri," ujar Kabid Humas Polda NTB, AKBP Sukarman Husein, kepada wartawan, hari ini.
Sedangkan Mabes Polri sendiri masih menunggu koordinasi dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Sehingga kesan yang muncul, antar instansi itu saling menunggu, dan berbelit-belit dalam menangani nasib anak bangsa yang tewas mengenaskan di Malaysia.
"Pertama, dari Kemenlu itu akan melakukan suatu pengecekan berkoordinasi dengan Kemenlu dan polisi setempat (di Malaysia) untuk mengetahui apa yang terjadi. Bila mana ditemukan kejanggalan-kejanggalan kita akan minta kepada kepolisiannya untuk melaksanakan pemeriksaan ulang atau bisa dilaporkan secara jelas," tutur Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Saud Usman Nasution, saat jumpa pers di Mabes Polri, Trunojoyo, Jakarta Selatan, hari ini.
Pencurian Organ TubuhDitambahkan Saud, nantinya Kemenlu membuat surat pada Kepolisian Malaysia tentang proses autopsi dilaksanakan. "Di sana kan ada tindakan-tindakan dokter, dan ada uraiannya, kegiatan dalam melaksanakan autopsi tersebut. Kan setiap autopsi ada langkah-langkahnya dari dokter. Nanti bisa ketahuan apakah ada organ-organ yang dihilangkan," ujarnya terkait merebaknya isyu pencurian organ milik ketiga korban oleh paramedis Malaysia.
Setelah itu, lanjutnya, baru bisa diproses di Tanah Air. Seperti autopsi ulang dan kroscek apa saja yang tidak ada dari organ dari hasil autopsi itu. Jika ada indikasi pencurian organ maka, Polri akan menyampaikan nota keberatan.
"Proses ini, sudah mengikuti peraturan dan proses hukum yang ada di masing-masing negara, dalam hal ini Malaysia. Karena, dugaan pidana itu terjadi di Malaysia maka pengecekan harus dilakukan pihak Kemenlu pada Pemerintah Malaysia lebih dulu,"ungkap Saud.
Menurutnya, jasad ketiga TKI asal NTB itu segera dipulangkan ke Indonesia karena sudah ada dokumen lengkap, termasuk surat autopsi dokter. Hal yang sama juga terjadi bila korban itu WNA di Indonesia.
"Misalnya ada WNA yang meninggal di sini, ya, kami akan melakukan autopsi, dan itu dipertanggungjawabkan, karena akan dimasukkan dalam dokumen untuk melengkapi keberangkatan jenasah dari sini di pesawat. Jadi, tidak bisa diberangkatkan kalau nggak ada hasil autopsinya dari dokter. Bagaimana mungkin bisa diberangkatkan kalau tidak ada keterangan dokter," kata Saud.
Pada bagian lain, Kemenlu sendiri sudah mengirimkan tim khusus, bergabung dengan BNP2TKI untuk menyelidiki kasus tersebut ke Malaysia.
"Bahkan pagi ini saya memutuskan untuk mengirimkan tim khusus Kemenlu untuk bergegas ke Malaysia, meminta informasi secara menyeluruh masalah ini," ujar Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Kemenlu, Jalan Pejambon, Jakarta Pusat, kepada wartawan, kemarin.
Kemenlu juga sudah meminta klarifikasi dari Kedubes Malaysia di Indonesia. Sangat diharapkan pihak perwakilan Malaysia itu segera menyerahkan klarifikasi yang diminta pemerintah Indonesia.
"Ya, Dubes Malaysia di Indonesia diminta segera datang jika sudah ada klarifikasi," ujar Direktur Perlindungan WNI dan BHI, Tatang B Razak, di gedung Kementerian Luar Negeri, Jalan Pejambon, Jakarta Pusat, kepada wartawan, kemarin.
Luka Penuh JahitanSeperti diketahui, Herman (34), Abdul Kadir Jaelani (25), dan Mad Noor (28), merupakan buruh migran serabutan. Mereka kedapatan tewas di Malaysia, diduga menjadi korban penjualan organ tubuh. Ketiganya merupakan warga Dusun Pancor Kopong, Desa Pringgasela Selatan dan Desa Pengadangan, Kecamatan Peringgasela, Lombok Timur, NTB.
Informasi tewasnya ketiga TKI itu diketahui pihak keluarga korban yang sama-sama berada di Malaysia setelah membaca berita di salah satu koran lokal negeri Jiran pada 26 Maret 2012 tentang penemuan motor tak dikenal.
Motor itu ditemukan di daerah pemancingan yang dikunjungi 3 TKI tersebut. Pihak keluarga kemudian mendatangi rumah sakit setempat, dan menemukan mereka ternyata sudah tewas sejak 30 Maret 2012 dengan keterangan luka tembak.
Kendati mendapat keterangan resmi dari rumah sakit, namun salah satu keluarga korban menemukan kejanggalan terhadap tiga jasad tersebut. Yakni, sekujur tubuh korban penuh jahitan.
Ketiganya mendapati jahitan sama, yakni pada bagian kedua matanya, di dada bagian atas dekat lengan kanan ke lengan kiri terdapat jahitan lurus melintang.
Jahitan juga terlihat dari dada hingga ke bagian tengah perut, menyambung ke tengah jahitan atas hingga bawah pusar. Sementara di bawah pusar, terdapat jahitan dari perut bagian kiri hingga bagian kanan.
Keluarga korban sangat tidak yakin kalau jasad Herman, Abdul Kadir Jaelani, dan Mad Noor dioutopsi lantaran tewas ditembak. Sebab tidak mungkin satu atau dua proyektil yang menewaskan mereka, kemudian sekujur tubuhnya penuh jahitan. Terlebih pada bagian-bagian tertentu, seperti jantung, ginjal, liver yang merupakan organ tubuh paling laku diperdagangkan.
Gila juga, tuh, orang-orang Malaysia. Setelah mencaplok pulau, mengimpor teroris (DR Azhari dan Nurdin M. Top), membantai Orang Utan, mengacak-ngacak perkebunan sawit, menculik wanita untuk dijadikan pelacur, kini giliran berburu organ tubuh rakyat Indonesia.
Malang benar nasib Herman, Abdul
Kadir Jaelani, dan Mad Noor di Negeri Jiran. Maksud hati ingin
membahagiakan keluarga dengan bekerja di Malaysia, mendapat upah Ringgit
yang nilainya lebih besar dari Rupiah. Tapi, siapa dinyana, mereka
tewas serempak. Jasadnya penuh jahitan di sana-sini. Tindakan autopsi
paramedis yang dinilai janggal, jika kematian mereka hanya disebabkan
luka tembak.
Ya, bukan keberuntungan didapat,
malah isyunya organ tubuh mereka diperdagangkan. Dengan tewasnya tiga
TKI asal Lombok itu, serta banyaknya jahitan di jasad mereka,
memunculkan spekulasi adanya perberburuan organ tubuh manusia Indonesia
di Malaysia. Mengerikan.
Benarkah
spekulasi itu? Pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di
Malaysia secara tegas menyatakan, bahwa ketiga TKI asal Lombok tewas
tertembak pihak berwajib. Bahkan Ketua BNP2TKI, Jumhur Hidayat juga
mengecam hal tersebut.
Tetapi,
Koordinator Crisis Center BNP2TKI, Hendri, justru belum berani
menjelaskan kronologis kejadian yang menyebabkan ketiga Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) tewas di negeri jiran.
"Kami
masih menunggu hasil laporan Kemenlu (Kementrian Luar Negeri) melalui
KBRI di Malaysia," ujarnya saat ditemui Bharatanews di Gedung BNP2TKI,
Pancoran, Jakarta Selatan, kemarin.
Meski
demikian, ditegaskan Hendri, pihaknya sudah melaksanakan apa yang
menjadi kewewenangan BNP2TKI. "Kami sudah mengirim jenazah korban ke
keluarga, dan bersedia mendampinginya melapor ke Polda NTB guna
dilakukan autopsi," tambahnya.
Hal
senada juga dinyatakan Kepala BNP2TKI NTB, Syahrum. Malah pihaknya
menyangupi mebiayai autopsi. "Jika memang autopsi ini memerlukan biaya,
maka kami dari BNP2TKI akan menyiapkan biaya untuk itu. Kami yang akan
tanggung," katanya saat dihubungi wartawan.
Belum Siap
Sementara
itu, kepala BNP2TKI, Juhur Hidayat, melalui keterangan presnya, telah
menugaskan Direktur Pengamanan Kedeputian Perlindungan BNP2TKI, Brigjen
(Pol) Bambang Purwanto, ke Malaysia untuk mendapatkan kejelasan motif
penembakan tersebut.
Meski
BNP2TKI terlihat bersemangat mengusut kasus tersebut, namun pihak Polda
NTB sebaliknya. Para aparat daerah itu mengaku belum bisa siap
melakukan autopsi jenazah Herman, Abdul Kadir Jaelani, dan Mad Noor.
Alasannya, karena kasusnya lintas negara, maka diperlukan koordinasi
dengan Mabes Polri untuk mendapat petunjuk soal pelaksanaan autopsi.
"Polda NTB harus menyesuaikan langkah
dengan pusat, yaitu Mabes Polri dan Kementrian Luar negeri," ujar Kabid
Humas Polda NTB, AKBP Sukarman Husein, kepada wartawan, hari ini.
Sedangkan
Mabes Polri sendiri masih menunggu koordinasi dari Kementerian Luar
Negeri (Kemenlu). Sehingga kesan yang muncul, antar instansi itu saling
menunggu, dan berbelit-belit dalam menangani nasib anak bangsa yang
tewas mengenaskan di Malaysia.
"Pertama, dari Kemenlu itu akan
melakukan suatu pengecekan berkoordinasi dengan Kemenlu dan polisi
setempat (di Malaysia) untuk mengetahui apa yang terjadi. Bila mana
ditemukan kejanggalan-kejanggalan kita akan minta kepada kepolisiannya
untuk melaksanakan pemeriksaan ulang atau bisa dilaporkan secara jelas,"
tutur Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Saud Usman Nasution, saat
jumpa pers di Mabes Polri, Trunojoyo, Jakarta Selatan, hari ini.
Pencurian Organ Tubuh
Ditambahkan
Saud, nantinya Kemenlu membuat surat pada Kepolisian Malaysia tentang
proses autopsi dilaksanakan. "Di sana kan ada tindakan-tindakan dokter,
dan ada uraiannya, kegiatan dalam melaksanakan autopsi tersebut. Kan
setiap autopsi ada langkah-langkahnya dari dokter. Nanti bisa ketahuan
apakah ada organ-organ yang dihilangkan," ujarnya terkait merebaknya
isyu pencurian organ milik ketiga korban oleh paramedis Malaysia.
Setelah
itu, lanjutnya, baru bisa diproses di Tanah Air. Seperti autopsi ulang
dan kroscek apa saja yang tidak ada dari organ dari hasil autopsi itu.
Jika ada indikasi pencurian organ maka, Polri akan menyampaikan nota
keberatan.
"Proses ini,
sudah mengikuti peraturan dan proses hukum yang ada di masing-masing
negara, dalam hal ini Malaysia. Karena, dugaan pidana itu terjadi di
Malaysia maka pengecekan harus dilakukan pihak Kemenlu pada Pemerintah
Malaysia lebih dulu,"ungkap Saud.
Menurutnya,
jasad ketiga TKI asal NTB itu segera dipulangkan ke Indonesia karena
sudah ada dokumen lengkap, termasuk surat autopsi dokter. Hal yang sama
juga terjadi bila korban itu WNA di Indonesia.
"Misalnya
ada WNA yang meninggal di sini, ya, kami akan melakukan autopsi, dan
itu dipertanggungjawabkan, karena akan dimasukkan dalam dokumen untuk
melengkapi keberangkatan jenasah dari sini di pesawat. Jadi, tidak bisa
diberangkatkan kalau nggak ada hasil autopsinya dari dokter. Bagaimana
mungkin bisa diberangkatkan kalau tidak ada keterangan dokter," kata
Saud.
Pada bagian lain,
Kemenlu sendiri sudah mengirimkan tim khusus, bergabung dengan BNP2TKI
untuk menyelidiki kasus tersebut ke Malaysia.
"Bahkan
pagi ini saya memutuskan untuk mengirimkan tim khusus Kemenlu untuk
bergegas ke Malaysia, meminta informasi secara menyeluruh masalah ini,"
ujar Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Kemenlu, Jalan Pejambon,
Jakarta Pusat, kepada wartawan, kemarin.
Kemenlu
juga sudah meminta klarifikasi dari Kedubes Malaysia di Indonesia.
Sangat diharapkan pihak perwakilan Malaysia itu segera menyerahkan
klarifikasi yang diminta pemerintah Indonesia.
"Ya,
Dubes Malaysia di Indonesia diminta segera datang jika sudah ada
klarifikasi," ujar Direktur Perlindungan WNI dan BHI, Tatang B Razak, di
gedung Kementerian Luar Negeri, Jalan Pejambon, Jakarta Pusat, kepada
wartawan, kemarin.
Luka Penuh Jahitan
Seperti
diketahui, Herman (34), Abdul Kadir Jaelani (25), dan Mad Noor (28),
merupakan buruh migran serabutan. Mereka kedapatan tewas di Malaysia,
diduga menjadi korban penjualan organ tubuh. Ketiganya merupakan warga
Dusun Pancor Kopong, Desa Pringgasela Selatan dan Desa Pengadangan,
Kecamatan Peringgasela, Lombok Timur, NTB.
Informasi
tewasnya ketiga TKI itu diketahui pihak keluarga korban yang sama-sama
berada di Malaysia setelah membaca berita di salah satu koran lokal
negeri Jiran pada 26 Maret 2012 tentang penemuan motor tak dikenal.
Motor
itu ditemukan di daerah pemancingan yang dikunjungi 3 TKI tersebut.
Pihak keluarga kemudian mendatangi rumah sakit setempat, dan menemukan
mereka ternyata sudah tewas sejak 30 Maret 2012 dengan keterangan luka
tembak.
Kendati mendapat
keterangan resmi dari rumah sakit, namun salah satu keluarga korban
menemukan kejanggalan terhadap tiga jasad tersebut. Yakni, sekujur tubuh
korban penuh jahitan.
Ketiganya
mendapati jahitan sama, yakni pada bagian kedua matanya, di dada bagian
atas dekat lengan kanan ke lengan kiri terdapat jahitan lurus
melintang.
Jahitan
juga terlihat dari dada hingga ke bagian tengah perut, menyambung ke
tengah jahitan atas hingga bawah pusar. Sementara di bawah pusar,
terdapat jahitan dari perut bagian kiri hingga bagian kanan.
Keluarga korban sangat tidak yakin
kalau jasad Herman, Abdul Kadir Jaelani, dan Mad Noor dioutopsi lantaran
tewas ditembak. Sebab tidak mungkin satu atau dua proyektil yang
menewaskan mereka, kemudian sekujur tubuhnya penuh jahitan. Terlebih
pada bagian-bagian tertentu, seperti jantung, ginjal, liver yang
merupakan organ tubuh paling laku diperdagangkan.
Gila juga, tuh, orang-orang Malaysia.
Setelah mencaplok pulau, mengimpor teroris (DR Azhari dan Nurdin M.
Top), membantai Orang Utan, mengacak-ngacak perkebunan sawit, menculik
wanita untuk dijadikan pelacur, kini giliran berburu organ tubuh rakyat
Indonesia.