Setelah lulus dari The London School of Economics, Cheo Ming Shen terpinspirasi oleh peluang bisnis internet yang dilakukan di dunia barat. Dia lalu memutuskan untuk membangun bisnis sendiri di Asia dan membangun pasar online yang tidak banyak berkembang di kawasan ini.
Cheo mengakui, pada dasarnya ide bisnisnya sederhana, “Saya melihat peluang bisnis yang saya kira bisa dikerjakan di ruang internet dan kemudian saya mengembangkannya lalu memasarkannya dan menjualnya sebagai subah bisnis.”
Untuk itu, Cheo meluncurkan empat bisnis internet di Singapura dengan rekannya Timothy Tiah Ewe Tiam. Keduanya lalu membentuk Nuffnang, perusahan pertama mereka. Nuffnang memberi kesempatan bagi pemasang iklan untuk beradvertasi di ruang kosong pada blog.
“Di Asia, ada ratusan ribu blog. Jumlah ini terlalu banyak, tidak seperti di Eropa yang jumlahnya sedikit. Ini adalah ruang internet yang yang tidak pernah dimiliki hanya satu orang. Ini menampilkan audiens sangat besar secara kolektif tetapi tidak ada satu orang pun yang bisa secara efektif memanfaatkannya secara bersama.”
Pada ruang internet itu, Nuffnang hanya bertindak sebagai perantara antara pengiklan dan para blogger, menempatkan mereka untuk saling menghubungi satu sama lain. Para blogger dibayar per pengunjung khusus (unique visitors). Konsep ini sudah sangat popular. Bahkan saking populernya, Nuffnang sekarang sudah meluas ke Malaysia, Filipina dan Australia.
Cheo percaya, keberhasilannya karena dia sukses memediasi antara situs blog dengan para pembaca website. “Blog-blog adalah media yang sangat interaktif sehingga dia adalah sebuah media yang sangat personal. Ketika seseorang melihat iklan, mereka akan mengkliknya,” jelasnya.
Cheo mengakui ide ini tidak unik dan bahwa ide-ide dentuman besar (big bang ideas) sangat sulit dihasilkan. Tetapi, katanya, dalam bisnis, berapa pun banyak ide selalu diadaptasi atau dimodifikasi. Tidak bisa diambil begitu saja atau copy paste. “Saya sudah mempelajari bahwa ketika anda mencoba berinvestasi, itu memakan waktu yang panjang dan pada waktu-waktu itu dibutuhkan banyak uang,” ujarnya.
Selain itu, memahami pasar lokal adalah kunci, khususnya ketika itu terkait dengan iklan. “Bila anda berpikir bahwa anda akan membuatnya biasa-biasa saja dan tidak memahami di mana usaha anda akan dijalankan, saya kira suatu saat anda akan kaget” lanjutnya.
Inilah alasan utama mengapa dia lebih memilih Singapura melakukan bisnis seperti itu daripada London. “Saya memahami bahwa peluang di Asia jauh lebih besar. London sudah sangat maju secara ekonomi dan akan sangat kompetitif kalau melakukan bisnis seperti ini di sana. Tetapi kita memiliki pengetehuan lokal, jadi kenapa kita tidak pulang kampung dan memanfaatkan keterampilan yang sudah kita pelajari,” paparnya.
Dia sungguh sadar akan resiko dalam menjalankan usaha itu dari perusahan-perusahan besar yang mungkin memutuskan untuk melakukan bisnis serupa. “Orang-orang besar akan bercakar-cakaran dengan saya untuk mendapatkan tempat di pasar karena saya mengetahuinya. Meskipun saya kecil, tetapi dengan itu saya akan menjadi sangat cepat. Saya ini David dan mereka itu Goliat,” jelasnya mengumpamakan.
Memulai dari Tabungan Sendiri
Cheo dan Tiah memulai membangun Nuffnang dengan dana dari tabungan mereka sendiri. Mereka juga meminjam dari keluarga dan bank. Bagi Cheo memanfaatkan waktu menerapkan dan mengadaptasi ide bisnis adalah kunci dasar untuk sukses. Meskipun uang selalu menjadi penghalang besar ketika memulainya. “Saya sudah mempelajari bahwa ketika anda mencoba, dibutuhkan waktu yang panjang bagi anda untuk berhasil dan anda membutuhkan banyak uang,” imbuhnya.
Tetapi bagi Cheo, dalam satu tahun membangun Nuffnang, mereka sudah mendapat untung. Kemudian Cheo dan Tiah mulai membuat perusahan bersama kedua bernama Jipaban, sebuah mall belanja online. Bahkan keduanya mengepalai Netccentric, sebuah perusahan yang menjadi rumah atau semacam induk bagi semua bisnis online mereka.
Menurut Cheo, kunci keberhasilan usaha adalah persiapan. Dia menyamakan persiapan itu seperti maju ke medan perang. “Dalam perang, sebagai contoh, anda harus mempelajari medannya, mempelajari musuh anda, dan senjata yang mereka gunakan. Sama saja dengan memulai usaha. Di sini anda memutuskan apa yang anda inginkan dan anda mempelajari situasi, mempelajari medannya, dan mempelajari apa yang akan terjadi. Setelah semua itu diketahui, tinggal anda menjalankannya,” paparnya.
Tetapi Cheo juga yakin faktor keberuntungan juga sangat penting, 40 sampai 51 persen keberhasilan usahanya adalah factor keberuntungan. (bbc/Alejandro)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Komentar:
Posting Komentar