Alejandro Santo Domingo Davila masuk daftar orang kaya baru versi Forbes. Maret lalu, Forbes mencatat kekayaan pria 35 tahun ini di angka Rp 85 triliun. Kekayaan itu merupakan warisan ayahnya, Julio Maro Santo Domingo, yang meninggal Oktober 2011. Bisnis Santo Domingo Group terutama berasal dari bisnis minuman, SABMiller dan berbagai sektor lain.
Alejandro Santo Domingo Davila mendadak menjadi orang kaya baru setelah ayahnya, Julio Mario Santo Domingo, mengembuskan nafas terakhir pada Oktober 2011 lalu.
Berbekal warisan bisnis milik keluarga, Santo Domingo Group, yang satu di antaranya berupa perusahaan bir, laki-laki berdarah Kolombia-Amerika ini langsung bertengger di urutan ke-97 sebagai orang kaya di dunia versi Majalah Forbes. Kekayaan laki-laki muda yang masih membujang tersebut melejit mencapai 9,5 miliar dollar Amerika atau sekitar Rp 85 triliun.
Putra pertama hasil pernikahan kedua Julio Mario Santo Domingo dengan Beatrice Davila Rocha ini sebetulnya tidak pernah mempelajari ilmu bisnis di bangku kuliah. Alejandro malah menyandang sarjana sejarah lulusan Harvard University. Keteguhan mengembangkan bisnis keluargalah yang seketika menyulapnya menjadi pebisnis andal.
Usia 22 jadi direktur
Tidak seperti remaja pada umumnya, di usia 22 tahun, Alejandro sudah berani mengambil tanggung jawab besar sebagai direktur pelaksana di salah satu bisnis milik keluarga, perusahaan finansial Quadrant Capital Advisor di New York. Di perusahaan jasa konsultan investasi, pria 35 tahun ini mengabdi selama tiga tahun, terhitung sejak 1999. Pada periode yang sama, dia juga terpilih sebagai Dewan Pengawas Metropolitan Museum of Art di New York.
Jauh sebelum itu, laman Bloomberg Businessweek menyebutkan, Alejandro sudah pernah mencicipi kursi kepemimpinan komite eksekutif di Grupo Empresarial Bavaria SA, anak usaha SAB Miller. Dia juga menjabat sebagai chairman produsen minuman Union de Cervecerias Peruanas Backus y Johnston SAA.
Pria kelahiran New York, 13 Februari 1977 ini pun menjabat salah satu direktur produsen bir SABMiller Plc sejak akuisisi SABMiller terhadap Bavaria pada 9 November 2005. Ketika itu, ayahnya menukar kepemilikan mayoritas Bavaria dengan 15% saham SABMiller. Dari sinilah sebagian besar kekayaan keluarga Santo Domingo berasal.
Alejandro pun tercatat duduk di kepengurusan Valorem SA, Comunican SA, dan Caracol Television SA. Dia juga melayani organisasi pembangunan internasional nirlaba menduduki kursi di dewan direksi.
Kini, generasi baru Santo Domingo Group yang menduduki peringkat kedua sebagai konglomerat bisnis di Kolombia itu tercatat mengoperasikan lebih dari 100 bisnis milik keluarga di berbagai sektor. Alejandro mengurus bisnis keluarga. Mulai perusahaan produsen bir SABMiller, perusahaan konsultan investasi Quadrant Capital Advisor, perusahaan energi, perusahaan televisi, surat kabar – El Espectador, hingga studi kualifikasi untuk pengembangan sumber daya manusia.
Peduli sosial
Kendati memiliki segudang aktivitas bisnis, kepedulian Alejandro terhadap lingkungan sosial lumayan tinggi. Tengok saja, dukungan yang ia berikan kepada berbagai kegiatan amal Amerika Latin, termasuk yayasan keluarganya, Mario Santo Domingo Foundation. Dia juga bermitra dengan yayasan penyanyi Shakira asal Kolombia, America Latina en Accion Solidaria (ALAS).
Alejandro disebut-sebut memiliki ciri sebagai pebisnis, rasional analitis, investor cermat, dan pemodal yang fokus dan detil. "Dari ayah saya belajar, dari banyak hal lainnya, yang penting adalah fokus pada bagaimana bisnis bisa menghasilkan, yaitu hati-hati, berani mengambil dan mengukur risiko," ujarnya seperti mengutip Columbia Reports.
Wejangan itulah yang barangkali memberanikan Santo Domingo mulai menggeluti bisnis pertama kali di tahun 2002. Alejandro meluncur di Quadrant Capital Advisor, perusahaan konsultan investasi yang berbasis di New York. Saat ini, dia memegang posisi managing director di perusahaan ini.
Pada 2005, bersama sepupunya, Carlos Alejandro Perez Davila dan Felipe Perez Davila, dia menegosiasikan tukar guling kepemilikan ayahnya di perusahaan pembuat bir Bavaria dengan 15% saham di SABMiller Plc, perusahaan sejenis asal Anglo Amerika Selatan.
Tukar guling
Tukar guling senilai 7,8 miliar dollar Amerika ini yang melejitkan kekayaan keluarga Santo Domingo. Dalam perkembangannya, SABMiller, produsen bir terbesar kedua di Amerika Latin ini menjadi satu dari 100 lebih bisnis Santo Domingo Group.
Kontribusinya terbesar terhadap bisnis keluarga Santo Domingo. Sejak 2005 hingga saat ini, Alejandro menjabat sebagai Non-Executive Director dan Member of Nomination Committee di SABMiller.
Melalui SABMiller, seperti dilansir dalam guardian.co.uk, Santo Domingo Group tidak akan kesulitan mengepakkan sayap bisnisnya ke pasar China, Rusia, dan India. Bavaria kini dikenal sebagai salah satu tim manajemen terbaik di industri makanan dan minuman.
Alejandro juga membuka pintu bagi investor kelas internasional yang ingin menanamkan duitnya di SABMiller. Ini sebagai salah satu cara meningkatkan investasi di Kolombia. "Saya kira, aksi ini akan membuka mata investor. Potensinya besar untuk melakukan akuisisi, bisnis patungan, atau bahkan sekadar mengawali bisnis," imbuh dia seperti dilansir kontan.
Maklumlah, bisnis Santo Domingo Group hingga kini masih dikuasai keluarga besarnya sendiri. Padahal, sebagian besar perusahaan peninggalan Julio Mario tersebut tercatat menjadi raksasa industri bisnis di Kolombia. Hal ini diperkirakan, karena investor luar masih terlalu takut untuk masuk pasar Kolombia.
Alejandro akan menggunakan iklim investasi yang mulai membaik di Kolombia. Baru-baru ini, Kolombia menjadi salah satu tujuan investasi untuk membangun usaha patungan atau akuisisi.
Memang, ini lebih seperti pemanasan. Sekadar menyegarkan ingatan, Februari tahun lalu, Divisi Keuangan Konsumen General Electric setuju untuk mengambil saham minoritas di salah satu grup perbankan terbesar Kolombia, Banco Colpatria.
Kembalinya iklim investasi yang positif karena situasi keamanan di Kolombia telah benar-benar membaik. Bukan hanya bagi penduduk lokal, tetapi juga bagi calon investor.
Ini membawa dampak positif bagi industri bisnis Kolombia. "Ketakutan masih ada, tidaklah mudah bagi kami untuk meyakinkan investor untuk datang. Tetapi, sejauh yang saya ketahui, Bogota adalah kota yang lebih aman ketimbang Meksiko, Rio de Janeiro, atau Sao Paulo," pungkas pewaris Santo Domingo ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Komentar:
Posting Komentar