TUTUR TINULAR VERSI 2011, Kolosal Yang Mencuri Perhatian

Written By Unknown on Jumat, 11 November 2011 | 17.26

 
DI tengah ketatnya persaingan sinetron stripping kontemporer produksi SinemArt, MD, atau Screenplay, Indosiar sukses mencuri perhatian dengan berani menghadirkan sinetron striping bergenre drama kolosal Tutur Tinular Versi 2011 (TT2011).

Episode perdananya pada 26 September lalu, langsung menembus 10 besar perolehan rating. Hingga memasuki pekan ketiga, masih terbilang stabil.

Dari segi penceritaan, TT2011 tidak ada bedanya dengan dua sinetron Tutur Tinular (TT) versi terdahulu yang pernah tayang di ANTV dan juga Indosiar.

Semuanya sama-sama mengadaptasi drama sandiwara radio berjudul serupa karya S Tidjab, yang pernah populer pada 1989. Sebuah kisah romantika kehidupan, tentang perjalanan anak manusia bernama Arya Kamandanu dalam mencari jati dirinya. Dengan latar belakang bangsa Indonesia di zaman kerajaan.

“Tapi, di TT2011, kami membuatnya modern. Lebih ada intrik,” beber salah satu sutradaranya, Vasant R Patel, yang kami jumpai di lokasi syuting, di Mekarsari, Bogor.

“Lalu pada segi tampilan gambarnya, kami membuatnya lebih 'kaya'. Kalau dulu bermain dengan kayu, sekarang dengan warna-warna emas,” imbuhnya, sambil mengarahkan kami untuk melihat-lihat lokasi yang sengaja dibangun untuk keperluan syuting TT2011.

Konon, biaya membangun tempat syuting di Mekarsari sampai menyentuh angka 7 miliar rupiah! Angka yang fantastis, sementara sinetron belum ketahuan jelas memberi keuntungan atau tidak.

“Benar begitu, tapi, kan ini bisa dipakai untuk produksi-produksi (kolosal) selanjutnya,” ujar Patel, yang pernah menggarap Tersanjung. Namun di luar itu semua, kami lebih takjub dengan kenyataan, kolosal TT2011 ini harus tayang setiap hari. Karena tuntutannya saat ini memang demikian.

Makeup-nya saja ribet. Pemeran wanitanya bisa menghabiskan waktu sampai dua jam hanya untuk urusan itu. Ditambah penggunaan sanggul dan kostum, yang untuk pemasangannya, tidak bisa dilakukan sendiri.

“Urusan kostum bisa dua jam. Ganti lokasi, ganti kostum lagi. Tunggu dua jam lagi,” perinci Patel. “Kalau drama (biasa), tinggal tunggu 10 menit ganti baju, bisa langsung take.” Hmm, takjub benaran, deh.


Griffiths Anna (Nani Ratih): Digantung Setinggi 30 Meter! 


 
Nama aslinya Anna Griffiths. Tapi, sengaja ditukar posisinya menjadi Griffiths Anna (17), agar tidak terlalu bule. Anna memang blasteran. Ibunya pribumi, ayahnya Amerika. Raut wajah Anna amat manis dan ayu. Karena itulah, dia didapuk sebagai Nani Ratih. Karakter protagonis nan lemah gemulai. Yang tidak pernah berani melawan, bahkan pada orang-orang yang menjahatinya. “Mulanya aku dapat peran antagonis,” ungkap Anna.

“Tapi itulah, karena mukaku melankolis begini, diganti protagonis,” imbuhnya.

Ya, diam-diam, dia lebih menyukai peran antagonis jatuh ke tangannya. Dara kelahiran Jakarta, 20 Desember 1993 ini beralasan, memerankan orang baik-baik itu jauh lebih sulit.

“Bagaimana harus membuat orang simpati pada karakterku. Bisa merasakan kesedihan karakterku. Itu susah. Belum lagi kalau ada adegan menangis. Paling enggak bisa deh, aku,” celoteh Anna. “Lebih enak jadi antagonis. Tinggal marah-marah saja, kan? Hahaha.”

Namun, Anna tetap bertanggung jawab sebagai pemeran Nani Ratih. Memainkan karakter protagonis dijadikannya tantangan yang akan lebih mengasah kemampuan aktingnya.

“Aku banyak belajar di sini. Kan, ada pemain senior juga. Waktu aku drop dan diledek karena belum bisa akting bagus, mereka kasih support. Jadinya bersemangat,” cerita Anna, yang khusus diberi pelajaran tambahan. Olah vokal! Karena suaranya dianggap terlalu berat.

Nyatanya, bermain di sinetron kolosal tidak cukup mengandalkan kemampuan berakting drama. Masih banyak tantangan lain yang harus dihadapi Anna. Terlebih, ini kali pertama Anna bermain sinetron kolosal. “Beda banget dengan main drama. Pakai sanggul, belum lagi kembennya; bisa satu jam cuma untuk memakainya,” beber Anna seru.

“Tapi enggak seberapa dibanding saat syuting episode pertama. Aku pernah digantung pakai sling yang tingginya sampai 30 meter. Sakit banget (pakai sling). Untung (peran) Nani Ratih enggak pakai adegan terbang-terbangan, hahaha,” imbuhnya senang.

Rico Verald (Arya Kamandanu): Syuting Bareng Kuda Bikin Senewen


 
Wajah baru di dunia sinetron kolosal, Rico Verald. Cowok berbadan tegap kelahiran Jambi, 29 April 1988, seperti meraih impiannya ketika berhasil mendapatkan peran Arya Kamandanu di TT2011.

Sejak lama Rico membayangkan bisa bermain sebagai sosok jagoan. Dia suka menonton sinetron-sinetron laga di televisi, semacam Angling Dharma atau Tutur Tinular versi lama. Begitu tahu Gentabuana buka kasting untuk proyek sinetron kolosal, Rico langsung maju.

“Seru kayaknya, jadi pendekar,” buka Rico.

Apa kenyataan seenak impian?

“Alhamdulillah. Senang banget bisa jadi Kamandanu. Aku ikut audisi, dipanggil, dan proses selanjutnya cukup lancar,” kesan Rico.

“Memainkan karakternya juga menurutku gampang. Kamandanu orang baik, yang suka menolong dan punya rasa hormat tinggi kepada orang-orang yang (usianya) di atasnya. Tidak terlalu susah. Itu bisa kita rasakan sendiri di kehidupan sehari-hari,” urainya.

Lain halnya ketika Rico menjalankan adegan aksi. Justru di bagian yang paling diimpi-impikannya inilah cowok bertubuh tinggi semampai keteteran.

“Main aksi itu ternyata susah. Sempat kaget (pas menjalaninya). Bahkan sampai sakit juga karena kecapekan,” ujar Rico tanpa maksud mengeluh.

“Aku belum biasa saja dengan ritmenya. Drama, pindah ke aksi, pindah lagi ke drama. Lalu ada adegan pakai sling dan menunggang kuda. Aku bahkan pernah jatuh dari kuda,” bocornya.

Cukup mengerikan kejadiannya. Dituturkan Rico yang punya latar bela diri pencak silat, kuda yang ditunggangi rupanya sedang tidak bagus mood-nya. Kuda itu menukik terus sambil berjalan oleng-oleng. Hingga membuat tubuhnya terguling-guling ke depan dan menyebabkan cedera pada tangan kanannya.

“Masih sakit di sini,” Rico menunjuk satu lengannya.

“Tetap mendingan adu akting dengan orang, banyak sekalipun. Kalau sama binatang, enggak tahu perasaannya lagi bagaimana, kan? Pokoknya sekarang, kalau adegan kuda, langsung stres, hehehe,” selorohnya pasrah. TabloidBintang

1 Komentar:

warna-warni kehidupan mengatakan...

yang bilang tutur tinular 2011 gak ada bedanya dengan versi terdahulu kalau gak orang pikun ya orang yg gak pernah tau cerita tutur tinular sebelumnya, lihat dulu belajar sejarah baru nulis bung! perlu ditegaskan bahwa tutur tinular 2011 adalah tayangan bosok yg merusak cerita sebenarnya, bahkan merusak sejarah dan menghancurkan logika. begitu bodahnya kah orang2 yg menyatakan tayangan itu bagus. cerita tutur tinulas mestinya tidak dicampur aduk dengan ha2 lain yg tidak sesuai, jika tetap dilanjutkan tayangan itu akan menghancurkan pondasi sejarah bangsa. Boikot tutur tinular versi 2011

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...