Dengan kepiawaian menggagas desain pakaian, putra mantan pejabat tersebut terus meraih kesuksesan sebagai salah satu pengusaha pakaian nasional terbesar.
Atas kesuksesannya, pria tukang sablon tersebut menyempatkan diri berbagi pengalaman dengan sejumlah warga kota Makassar dalam acara seminar bertajuk Kaospreneurship di Lompo Kencana Room, Hotel Mercure, Jl Dg Tompo No 8 Makassar, Minggu (25/9/2011).
Wiwied menganjurkan kepada calon-calon pengusaha agar memulai usaha dengan penuh rasa cinta dan kreatifitas.
"Dalam berusaha atau berbisnis itu kita harus cinta dan kreatif. Kreatifitas penting demi menciptakan desain menarik yang kemudian menciptakan penawaran. Bisnis itu bukan modal, bisnis itu adalah penawaran, kalau anda sudah bisa menawarkan berarti anda sudah berbisnis," kata Wiwied.
Wiwied yang sejak kecil menyukai pekerjaan prakarya memulai usahanya dari rumahnya yang berukuran 60 m2 di Gang Caladi 59, yang akhirnya menjadi nama merk kausnya dengan modal awal dari hasil penjualan kado pernikahannya dengan Maria Goreti Murniati.
Filosofi bisnis Wiwied sendiri terinspirasi dari burung Caladi yang berasal dari bahasa Sunda yang berarti burung pelatuk. Wiwied mengartikan Caladi sebagai 5 citra dan 9 cita-cita. Lima citra itu menggambarkan karakter sumberdaya manusia yang dimiliki C59 yakni, cakap, cerdik, cermat, cepat, dan ceria.
Sedangkan 9 cita-citanya adalah customersatisfaction, company profit, confident working atmosphere, control, collaboration, clear mind, creativity, dan consultative. Wiwied juga ingin seperti burung pelatuk Woody Woodpecker yang tidak mau kalah dari pesaingnya, dan bila kita perhatikan burung pelatuk selalu fokus ketika mematuk pohon, Wiwied pun ingin selalu fokus di bidang garmen.
Salah satu kunci sukses Wiwied juga terletak pada penggalian ide desain yang tidak pernah berakhir, baginya riset desain sangatlah penting karena kekuatan produknya ada pada rancangan,apalagi industri t-shirt cepat berganti tren.
Karyawannya pun mendapat kesempatan jalan-jalan untuk mencari ide-ide segar, bahkan ia membiarkan karyawannya untuk tidak masuk asalkan ketika ia masuk ia sudah membawa ide bagus.
Setiap desain yang akan dikeluarkan harus dipresentasikan lebih dulu, kemudian setelah terpilih, baru dilanjutkan dengan prosesi produksi, pemilihan bahan,teknik cetak,warna, dan sebagainya.
Wiwied juga terlihat sangat piawai membangun networking, ia selalu berusaha membangun hubungan baik dengan supplier, support, customer, dan government. Ia sangat percaya bahwa relationship adalah kunci kesuksesan dari bisnis.
Wiwied mengaku kalau dia merupakan biangnya koperasi,untuk itu ia juga mendirikan koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan karyawannya, omset koperasinya saat ini sekitar Rp 600 juta. Ia bangga karena telah dapat mewujudkan impiannya untuk membuka lapangan kerja bagi banyak orang.
Mental entrepreneur Wiwied banyak ditempa ketika ia ikut seorang pengusaha keturunan di Bandung yang memperlakukannya secara keras.Pada awalnya Wiwied menjalankan usahanya dari order kanan kiri, ia juga ikut mendesain,memilih bahan, memotong,menjahit, menyablon sampai finishing disamping juga mencari order.
Usahanya meningkat ketika mendapatkan order dari Nichimen-perusahaan Jepang yang bergerak di bidang pestisida, kaus itu untuk dibagi-bagikan ke para petani. Usahanya semakin terasa meningkat setelah mengikuti kegiatan Air Show 1986 di Jakarta yang diikuti pula oleh para peserta dari mancanegara.
Suatu ketika Wiwied merasa gusar lantaran melihat teman-temannya yang memamerkan kaos bergambar kota mancanegara buah tangan dari orang tuanya usai bepergian dari luar negeri, Wiwied kemudian tertantang untuk membuat sendiri kaus bergambar patung Liberty dan kota New York dan sesumbar bahwa omnya juga baru datang dari luar negeri,sejak saat itulah ia semakin dikenal sebagai orang yang piawai membuat kaus, sampai-sampai, ketika ia bekerja di sebuah perusahaan kontraktor, ia lebih sering didatangi orang untuk urusan pesanan kaus daripada untuk pekerjaannya.
Wiwied kemudian juga merambah bidang retail yang bermula dari menjual sisa order yang tidak memenuhi syarat yang ternyata juga diminati orang. Setelah usahanya meningkat, pada tahun 1992, ia kemudian pindah ke Jalan Tikukur no.10 yang kemudian memborong rumah di sekitarnya yakni no.4,7,8,9 yang kemudian ia jadikan kantor dan showroom produknya. Selain itu ia juga membuka showroom di daerah lain,seperti Balikpapan, Bali,Yogya dan kota lain sehingga kini ia memiliki sekitar 600 outlet di Indonesia dengan mempekerjakan sekitar 4000 karyawan.
Di mancanegara,Wiwied memiliki 60 showroom yang tersebar di Slowakia,Polandia, dan Czech dan bahkan kini ia juga sudah merambah jaringan Metro Dept.Store di Singapura.
Keberhasilannya menembus mancanegara bermula dari beberapa stafnya yang bersekolah di luarnegeri yang biasanya membawa satu dua koper kaus C59 dan dijual pelan-pelan di sana, kemudian diadakan survey yang tenyata pasar di sana menguntungkan karena memiliki empat musim, sehingga tidak hanya bisa menjual t-shirt namun juga sweater atau jaket.
Wiwied juga memiliki sebuah pabrik di atas tanah seluas 4000m2 di daerah Cigadung, Bandung. Pabrik ini dibangun setelah mendapatkan kredit dari Robbie Djohan yang saat itu menjabat Dirut Bank Niaga pada tahun1993, ketika itu Bank Niaga memesan t-shirt ke C59. Di tahun yang sama pula ia mengubah bentuk usahanya menjadi PT. Caladi Lima Sembilan. Keberhasilan Wiwied dibuktikan dengan berbagai penghargaan yang telah ia terima, diantaranya Upakarti 1996, ASEAN Development Executive Award 2000-2001,Dan pemenang I Enterprise 50.
Selain di Bandung, Makassar adalah rumah kedua bisnis pakaian Wiwied. Semua produk Distro, Dagadu, Chambers, Okko, dan beberapa produk lainnya adalah milik tukang sablon tersebut
Berita Sumber Selengkapnya http://www.dhaniels.com/2011/11/pencipta-kaos-ber-merk-c59-marius.html#ixzz1fEvsaeqn
dhaniels.com
0 Komentar:
Posting Komentar