Dalam pertandingan final Piala Champions di London, tak terelakkan ada bukti bahwa para pemain memiliki keyakinan agama.
Misalnya, sejumlah pemain melakukan gerak tangan tanda salib atau pun isyarat keagamaan lainnya.
Topik terkait
Tetapi apakah keyakinan agama memperkuat kinerja olahraga? Inilah pertanyaan yang ditelusuri oleh Matthew Syed.
Semua mata akan tertuju pada Lionel Messi, pemain bola terhebat di dunia, ketika dia bersama tim Barcelona turun ke lapangan untuk final Piala Champions.
Kalau Anda cermat, akan terlihat dia membuat gerakan tanda salib ketika masuk lapangan.
Di belahan lawannya, Manchester United, striker Javier Hernandez sudah sering tampak berdoa di lapangan.
Messi dan Hernandez bukan satu-satunya pesepakbola yang menunjukkan keyakinan agamanya di arena pertandingan.
Bintang Real Madrid, Kaka, sering berbicara mengenai agama, berdoa di lapangan, dan bersyukur kepada Tuhan atas kesembuhan yang cepat dari cedera punggungnya.
Olahragawan lainnya, mulai dari Muhammad Ali sampai Jonathan Edwards si peloncat jangkit, juga berbicara tentang kekuatan Tuhan. Agama mereka berbeda-beda namun semua mereka menegaskan bahwa keyakinannya memberikan berkah.
Seperti dikatakan Ali menjelang pertandingan melawan George Foreman pada tahun 1974: "Bagaimana mungkin saya kalah selagi Allah di pihak saya?"
Atheis
Orang-orang atheis berpendapat bahwa kepercayaan bahwa agama bisa berperan menentukan hasil pertandingan, sebagai khayalan belaka.
Tetapi sangat mungkin mengesampingkan isu apakah Tuhan ada atau tidak dan amati saja dampak keyakinan pada Tuhan terhadap kinerja.
Inilah yang dilakukan Jeong-keu Park dari Universitas Seoul pada tahun 2000 dengan mempelajari kinerja para atlet Korea Selatan. Dia mendapati bahwa doa bukan hanya faktor penting dalam mengatasi rasa grogi tetapi juga dalam mencapai kinerja puncak.
Satu kutipan salah seorang peserta dalam penelitian Park memperkuat temuan itu: "Saya selalu menyiapkan pertandingan dengan doa. Saya menyerahkan seluruhnya kepada Tuhan tanpa ragu. Doa membuat saya tenang dan lebih yakin dan saya melupakan ketakutan pada kekalahan. Hasilnya, permainan menjadi bagus."
Ini mirip dengan riset hebat tentang kekuatan keyakinan di dunia kesehatan.
Pada tahun 1960-an, serangkaian penelitian mendapati bahwa penyakit jantung lebih jarang dialami oleh masyarakat yang taat bergama. Penelitian berikutnya memperpanjang temuan ini, termasuk makalah tahun 1996 yang menemukan bahwa tingkat kematian di kalangan sekuler dua kali lebih tinggi dibanding kalangan yang taat beragama.
Tampaknya, keyakinan agama bisa memberikan maanfaat kesehatan.
Bagaimana mungkin?
Pertanyaannya, bagaimana mungkin itu terjadi?
Kita bisa melihat jawabannya dalam salah satu misteri psikologi yang paling mengherankan; yaitu efek plasebo yang merupakan fenomena yang mengejutkan para dokter sejak Theodor Kocker yang melaksanakan 1.600 operasi tanpa bius di Bern, Swiss, pada tahun 1890-an.
Semua ini terkait dengan keyakinan pada keberadaan pertolongan Tuhan.
Hasil dari penelitian atlet Korea Selatan terulang berkali-kali, dan tidak hanya terjadi di satu-dua keyakinan agama.
Para atlet yakin Tuhan bisa membantu kinerja di lapangan olahraga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Komentar:
Posting Komentar