Saat Wawancara Dewi Persik Buka-Bukaan

Written By Unknown on Sabtu, 04 Februari 2012 | 09.47


Ketergantungan terhadap seni peran layar lebar membuat penyanyi dangdut Dewi Perssik total mendalami akting. Berawal dari sinetron Mimpi Manis (2006-2007), mantan istri Saipul Jamiell ini kian tergila-gila dengan dunia peran. Pasca merampung sinetron perdananya, wanita yang memiliki nama asli Dewi Mulya Agung ini merambah dunia layar lebar lewat Film TIREN (MATI KEMAREN) tahun 2008. Di awal karirnya menjejakkan kaki di dunia layar lebar Dewi langsung melahap 3 film sekaligus dalam kurun waktu satu tahun. Tercacat KU TUNGGU JANDAMU (2008), SETAN BUDEG (2008) dan TIREN (MATI KEMAREN) (2008).

Debut Dewi di dunia perfilman semakin mulus ketika wanita kelahiran 18 Desember 1985, Jember - Jawa Timur ini dipercaya untuk berakting dalam film SUSUK POCONG (2009), PAKU KUNTILANAK (2009), TIRAN (2010), LIHAT BOLEH PEGANG JANGAN (2010), ARWAH GOYANG KARAWANG (2011), PACAR HANTU PERAWAN (2011), dan ARWAH KUNTILANAK DUYUNG (2011). Kesuksesan putri pasangan H. Moch Aidil (ayah) dan Hj. Sri Muna (ibu) ini memerankan beberapa karakter dalam layar lebar bukan karena terlatih dan handal dalam memerankan karakternya, namun karena ada sesuatu yang tak dimiliki oleh artis lain.

Tak heran jika talenta Dewi dalam berakting tersebut kabarnya dihargai oleh para produser dengan harga Rp. 500 juta. Harga tersebut di luar biaya akomodasi dan transportasi yang dibutuhkan oleh Dewi untuk sekali bermain film. Dengan bandrol yang fantastis tersebut, Dewi bisa disebut sebagai salah satu bintang film termahal di Indonesia saat ini. Penasaraan ingin tahu talenta apa sebenarnya yang dimiliki oleh Dewi? Mari kita simak perbincangan KapanLagi.com® dengan Dewi Perssik berikut ini:




Mbak Dewi bisa ceritain asal mula terjun ke film bagaimana?

Kalau film karena tawaran-tawaran sebelumnya yang menjadikan saya ketergantungan. Yang tadinya akting itu nomer sekian karena kan prioritas utama saya menyanyi, tapi ternyata selama saya menyanyi saya tidak akting, kangen belakangnya, saya mengatakan bahwa itu ketergantungan dari si A, B dan C. Saya hanya punya maintenance, saya gak mau di satu PH, tiba-tiba saya pindah ke PH yang lain, dan saya orangnya selalu mengeksklusifkan diri walaupun tidak eksklusif.

Saya selalu melihat alur ceritanya seperti apa, saya di sini siap memberikan ide karena saya kan gak bisa nulis. Saya sangat bersyukur sekali jika produser memberikan kepercayaan kepada saya dari ide itu. Dan suatu sensasi buat film saya seperti apa, dan itu paling sendiri para produser menilai saya seperti apa. Karena saya tidak mau hanya menjadi pemain saja. Ya seperti itu.


Banyak film Dewi yang belum muncul tapi sudah ramai duluan?

Yakin setiap pemain entertainer di movie saya yakin berbondong akan mencari sensasi sesuatu, supaya filmnya dikenal orang sebelum tayang, itu pasti. Tapi kalau buat saya sesuatu itu keluar sendiri, entah itu merugikan saya atau merugikan orang lain. Intinya film itu sudah dikenal aja.

Saya berdoa dengan Tuhan apabila saya bekerja untuk orang lain mudah-mudahan saya diberikan kebahagiaan. Misalkan itu menyulitkan buat saya, bagi saya itu sesuatu yang indah, yang suatu saat akan aku capai nantinya.

Karena gini kalau dipikir-pikir untuk mencari sensasi siapapun artisnyya tidak mau, tapi ternyata hal itu membuat keberuntungan buat orang lain. Jadi ternyata bagi saya jalannya harus seperti itu. Kalaupun saya harus mengais tapi orang lain bahagia tidak masalah, tapi hikmah dari semuanya itu saya tidak egois, supaya bisa mengerti hakekat hidup. Kalau mungkin saya tidak diiringi suatu permasalahan mungkin saya akan tetap egois dan tidak pernah bersyukur.

Suka terbawa peran?

Kalau terbawa peran kayaknya gak mungkin kecuali ada unsur kesengajaan, karena di mana-mana kalau kita mengambil peran itu kita musyawarah untuk mufakat, apa tindakan apa, improvisasi apa yang saya harus lakukan dengan lawan main saya. Kenapa kita disatukan dengan si A atau C untuk bermain movie, itu kan bukan untuk permusuhan tapi persahabatan. Jadi orang yang menonton itu jadi terkesima seperti real. Bagaimana kita bisa menghipnotis penonton itu PR kita. Yang dikatakan profesional itu bisa mengendalikan diri dan membawa diri, bisa terkesima, takjub dan bisa terbawa dengan akting kita. Misalnya aku sedih lihat Dewi Perssik sedih, aku benci lihat Dewi Perssik marah-marah, itu berarti kita berhasil menghipnotis penonton.

Peran yang belum pernah dan diinginkan Dewi?

Pingin menjadi wanita psycho dan lesbi. Karena di sini pertama, jangan kita mencari sensasi, tapi sebelum saya atau produser mencari sesuatu untuk film kami. Produser bilang, Dewi Perssik lesbi aja itu sudah kontroversi, itu pasti. Dan masyarakat pasti punya pemikiran yang aneh-aneh, makanya kita harus punya penonton dan pembaca yang cerdas seperti itu. Seperti saya harus siap mental berhadapan dengan gosip apapun yang menimpa saya. Saya di sini sebagai seniman ingin memberikan sesuatu yang terbaik dan berbeda. Lesbi dan psycho, kalau misalkan hantu itu sudah biasa. Kalau Dewi jadi wanita psycho karena obat-obatan misalnya, itu kan berbeda sekali karena di sini kan bermain karakter.

Selain itu, peran yang protagonis?

Saya ingin menjadi seperti Ibu Kartini yang di perdalaman, yang teraniaya harkat dan martabatnya. Saya ingin menunjukkan kepada masyarakat jangan mau dijajah seperti dulu. Bukan berarti kita mau sejajar tapi di sini kita memberikan support untuk suami kita, supaya kita ini bisa membantu suami kita. Bukan berarti sejajar lho. Karena wanita jaman dulu itu dijadikan budak dan dijajah seperti itu.
Kalau menurut Dewi ukuran suksesnya film itu dari mana?
Kalau aku melihatnya dari kacamata penonton awam yang gak ngerti film. Ukuranya dari sukses penonton, itu sukses film ya.

Karakter yang dimainkan?

Lebih banyak ke horor ya, kalau saya bermain film horor mereka senang sekali. Katanya biar saya gak make up pun, apabila saya berbicara dengan tertata dan tatapan mata saya seperti berbicara itu mereka selalu bertanya. Mereka selalu berkata seperti itu. Tapi bagi saya harus banyak belajar akting lagi.
Saya itu otodidak, semuanya dari lingkungan, teman-teman senior. Saya baca skrip, bagaiamana saya harus seperti di skrip. Saya orangnya tidak sungkan untuk bertanya dengan senior. Kalau banyak penonton alhamdulilah, kalau gak banyak penonton mohon dimaklumi karena saya itu bukan seorang aktris karena saya seorang penyanyi. Pokoknya buat saya mau di nyanyi alhamdulilah, mau di akting alhamdulilah.

Ukuran totalitas?

Jangan menjadi orang lain, harus menjadi diri sendiri, itu yang dikatakan ukuran totalitas. Apabila kita menjadi orang lain, kita akan mudah terpengaruh dan menjadi orang lain, dampakknya tidak menjadi profesional. Kalau kita menjadi diri sendiri, prinsip yang ada di diri kita akan semakin kuat dan peran yang kita bawakan akan semakin melekat dalam diri kita.

Jadi artis dengan honor termahal di Indonesia?

Kalau produser mau bayar saya mahal mungkin karena ide saya, karena kalau dari segi akting saya kurang bagus, saya mengakui itu. Tapi kalau ide mungkin ada dewi fortuna 'ting' alhamdulilah produsernya nurut aja, mungkin karena teman-teman juga yang tidak pelit untuk menginformasikan kepada pemirsa di rumah.

Tapi alhamdulilah, mungkin ini dari Allah dengan syuting apa adanya aja menjadi sesuatu, ya alhamdulilah. Karena kalau dibilang perfilman saya bego, kagak pernah kuliah di perfilman. Kedua, akting apalagi gak ngerti. Saya hanya mengikuti arahan sutradara aja. Kalau masalah ide, dalam arti kalau itu bagaimana, kalau ini begini. Produser ini tunduk nurut. Tunduk, nurut-nurut saking kersane Allah.

Di film ARWAH GOYANG KARAWANG juga saya memberikan masukan juga kepada sutradara saya. Mas Helfi dan produser saya Shankar. PACAR HANTU PERAWAN dan ada film baru saya mudah-mudahan diterima oleh masyarakat lagi. Karena kan gak mungkin banget jadi putri duyung, jadi kuntilanak tapi ya itu keluar sendiri kagak ngerti gimana. Katanya Allah, eh Dewi Perssik kamu kan disakiti terus nih, kapanlagi dibisiki mumpung sek enom (masih mudah, red). Gitu katanya sing kuasa, ha ha ha. Seperti film KU TUNGGU JANDAMU yang menjadi box office juga

1 Komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...